Oleh : Aziz Nur Ikhsan
Jejeran fanush menghiasi atap-atap Nasr City, salah satu kota di provinsi Kairo, Mesir. Fanush merupakan sebuah lentera sebagai simbol rasa syukur atas datangnya bulan Ramadan. Ukuran lentera bervariasi, ada yang berukuran kecil, sedang dan besar. Bahkan ada yang setinggi orang dewasa. Untuk ukuran besar, fanush hanya diletakkan di lantai saja. Fanush ini terbuat dari bahan logam dan kaca. Lapisan luar kaca ada yang dihias dengan kaligrafi ayat Alquran. Pancaran cahaya lentera ini bersumber dari lampu yang berwana-warna. Tatkala lampu menyala, lapisan kaca akan memantulkan cahaya yang indah sekali. Selain untuk penerangan, fanush juga digunakan sebagai dekorasi yang menambah suasana ramadan lebih istimewa. Fanush bisa dijumpai di beberapa tempat misalnya di depan rumah, toko-toko dan pinggir jalan.
Bulan Ramadan identik dengan Alquran. Di Mesir, lantunan suara Alquran dapat ditemui di berbagai lokasi. Di pasar, bengkel, toko-toko, mall dan lainnya. Jadi tak heran, terdapat para penjual di pasar mendaras Alquran sembari menunggu pelanggannya, berharap Allah meridai dagangan mereka dan sebagai wasilah agar dagangannya laris. Ramadan kali ini terasa spesial bagi Dinu, seorang pemuda dari pelosok tanah Jawa yang baru seminggu memijakkan kakinya di Mesir. Pasalnya, ia akan merasakan aura ramadan untuk pertama kalinya di negeri Seribu Menara.
“Din, malam pertama ramadan mau salat tarawih di masjid mana?”
“Mmm, aku mau nyari masjid yang bacaan Alqurannya satu juz, kira-kira di mana ya Ban?” sembari membenarkan songkok hitam favoritnya di depan cermin.
“Oh banyak, di Mesir mah kita bisa menjumpai masjid-masjid dengan bacaan Alquran sejuz semalam selama bulan Ramadan. Deket sini ada Masjid Muttaqin. Sepuluh menit kalau jalan kaki.”
Bana melempar senyum. Ia merupakan kawannya semasa di pondok yang sudah mendahuluinya studi di Mesir semenjak dua tahun silam. Karena setelah kelulusan, Dinu memutuskan untuk mengabdi selama dua tahun di pondoknya.
Akhirnya, mereka berdua pun bergegas (more…)